PSIKOLOGI KREATIFITAS dan BERFIKIR
Mekanisme sublimasi
Sublimasi
merubah dari suatu impuls yang tidak dapat diterima, seperti masalah seks,
kemarahan, ketakutan, atau apapun yang dalam kondisi sosial akhirnya bisa
diterima.
Sebagai
contoh adalah, seseorang yang memiliki sifat permusuhan akan tersublimasikan
yakni dengan menjadi seorang pemburu, penjagal, pemain sepak bola, atau suatu
tentara sewaan. Seseorang yang memiliki kecemasan akan menyublimasikan diri
menjadi seorang organisator, business person, atau ilmuwan. Seseorang yang
memiliki tingkat seksual yang tinggi akan menjadi seorang seniman, juru foto,
atau seorang novelis, dan sebagainya.
Oleh
karena itu, menurut Freud, sublimasi sesungguhnya memiliki hal yang positif, yakni
dengan munculnya aktivitas kreatif dari sublimasi tersebut, meski sebagian
besar didominasi dan dikendalikan oleh unsur seks.
Sehingga
dalam Sublimasi juga merupakan reaksi kompromi yang menghasilkan prestasi
budaya yang lebih tinggi, dan diterima masyarakat sebagai cultural kreatif.
Sebagai contoh Leonardo da Vinci gemar melukis Madonna sebagai sublimasi
kerinduannya kepada ibunya yang meningalkannya pada usia yang masih muda.
Macam
Mekanisme pertahanan
1.
Represi Regresi
Represi merupakan yang paling dasar diantara mekanisme lainnya.
Suatu cara pertahanan untuk menyingkirkan dari kesadaran pikiran dan perasaan
yang mengancam. Represi terjadi secara tidak disadarai. Ini merupakan sarana
pertahanan yang biasa mengusir pikiran serta perasaan yang menyakitkan dan
mengancam keluar dari kesadaran. Mekanisme represi secara tidak sadar menekan
pikiran keluar dari pikiran yang mengganggu, memalukan dan menyedihkan dirinya,
dari alam sadar ke alam tak sadar.
Sedangkan Anna Freud, menyebut represi sebagai motivasi
untuk melupakan sesuatu. Yakni bahwa seseorang tidak mampu mengingat sesuatu
yang dianggap mengancam situasi, orang, atau peristiwa, karena dinilai
berbahaya. Represi ini telah menjadi bagian dari hampir semua pertahanan ego
seseorang. Namun, jika ego tidak mampu menekan impuls kompleks tertekan yang
mengganggu, impuls itu akan mencari jalan keluar mencari jalan keluar melalui
anti-cathexis - anti-cathexis yang saling berlawanan, atau muncul dalam bentuk
displacement.
Apabila setiap langkah yang ditempuh oleh seseorang,
mengandung frustasi dan kecemasan yang dalam taraf tertentu dan apabila
frustesi dan kecemsan ini terlalu besar, maka perkembangan yang normal bisa
terhenti untuk sementara atau untuk seterusnya. Munculnya dorongan yang
menimbulkan kecemasan ini akan direspon oleh individu dengan represi. Individu
yang puas berada ditahap perkembangan tertentu, dan tidak mau progres disebut
fiksasi, dan progresi yang gagal akan membuat individu menarik diri atau regresi
Ego lebih mudah menghadapi kecemasan realistis dari pada
kecemasan neurotis atau kecemasan moral. Akibat dari hal yang demikian ini
ialah apabila sumber kecemasan itu dapat ditunjukkan terdapat di dunia luar dan
bukan impuls-impuls primitifnya atau ancaman kata hatinya, orang mungkin akan
meredakan kecemasannya itu. Mekanisme yang dipergunakan untuk mengubah
kecemasan neurotis dan kecemasan moral menjadi kecemasan realistis inilah yang
disebut proyeksi. Pengubahan ini mudah dilakukan, karena kecemasan neurotis dan
kecemasan moral kedua-duanya sumber aslinya ialah ketakutan akan hukuman dari
luar.
Proyeksi sering mempunyai tujuan rangkap, yaitu pertama
mengurangi tegangan dengan cara mengganti objek dengan objek lain yang kurang
berbahaya, dan yang kedua memungkinkan orang menyatakan impuls-impulsnya dengan
alasan mempertahankan diri terhadap musuhnya. Contohnya presentasi
olah raga yang kurang baik dengan alasan sedang sakit flu atau tidak naik kelas
karena gurunya sentiment.
Reaksi
formasi atau penyusunan reaksi bertujuan untuk mencegah keinginan yang
berbahaya baik dengan cara yang diekspresikan dengan melebih-lebihkan sikap dan
prilaku yang berlawanan sehingga seseorang menggunakannya sebagai rintangan
untuk dilakukannya. Misalnya seorang anak yang iri hati terhadap adiknya
(impuls asli), ia memperlihatkan sikap yang sebaliknya, yaitu sangat menyayangi
secara berlebihan (impuls lain/reaksi formasi). Contoh lain seorang yang secara
fanatik melarang perjudian dan kejahatan lain (impuls asli) dengan maksud agar
dapat menekan kecendrungan dirinya sendiri ke arah itu (impuls lain/reaksi
formasi).
Cara membedakan antara impuls asli dengan reaksi formasi
adalah biasanya reaksi formasi ditandai oleh sifat serba berlebihan, ekstrin,
dan kompulsif. Kadang-kadang pembentukan reaksi berhasil memuaskan impuls asli
yang dilindungi.
4. Rasionalisasi Pemindahan
Rasionalisasi
merupakan upaya untuk membuktikan bahwa prilakunya itu masuk akal (rasional)
dan dapat disetujui oleh dirinya sendiri dan masyarakat. Rasionalisasi
juga dapat dikatakan sebagai penyimpangan dari fakta yang sebenarnya, untuk
mengurangi ancaman suatu impuls. Kita sering melakukan rasionalisasi pada
keadaan kesadaran kita, yakni dengan mempersiapkan berbagai bentuk alasan. Contohnya membatalkan pertandingan olah raga
dengan alasan sakit dan akan ada ujian, padahal iya takut kalah. Melakukan
korupsi dengan alasan gaji tidak cukup.
Cara yang mudah untuk memahami pertahanan ego adalah dengan
melihat perilaku manusia sebagai kombinasi denial dan represi ditambah dengan
berbagai macam rasionalisasi-rasionalisasi
5. Identifikasi Kompartemenalisasi
Identifikasi adalah salah satu cara individu dalam
mereduksi tegangan atau menambah rasa percaya diri dengan cara meniru atau
mengidentifikasikan diri dengan orang yang dianggap lebih berhasil dan
memuaskan hasratnya dibanding dirinya. Misalnya seseorang
yang meniru gaya orang yang terkenal atau mengidentifikasikan dirinya dengan
jawatannya atau daerahnya yang maju.
sesuatu yang ditiru dan bernilai positif disebut introyeksi
(introjection). Introyeksi ini adalah proses pengembangan superego dengan
mengadopsi nilai-nilai orang tua. Dalam masa perkembangan adolesen atau remaja
introyeksi juga bisa melibatkan pengambilan terhadap karakteristik kepribadian
orang lain, yakni dengan meniru gaya tingkah laku bintang film. Hal ini
dilakukan dengan harapan dapat memecahkan beberapa masalah emosional seseorang
yakni apabila dalam peniruan itu dapat meningkatkan harga diri dan menekan
perasaan rendah diri sehingga dalam masa adolesen tersebut individu merasa
lebih bangga dengan dirinya sendiri.
Contohnya pada waktu seseorang
anak belajar mematuhi dan menerima dan akan menjadi milikinya beberapa nilai
serta peraturan dalam masyarakat. Lalu ia dapat mengendalikan prilakunya dan
dapat mencegah pelanggaran serta hukuman sebagai akibatnya. Dalam pemerintahan
dan kekuasaan yang otoriter maka banyak orang mengintroyeksikan nilai-nilai
kepercayaan baru sebagai perlindungan terhadap perilaku yang dapat menyusahkan
mereka.
Kesimpulan
Pertahanan ego terkadang memang diperlukan. Dan bahkan
pertahanan ego bisa digunakan secara positif. Satu pertahanan positif tersebut
yang dimaksudkan adalah sublimasi.